Awal
gue mencari universitas mulai dari yang berkinerja bukan otak gue sampai-sampai
yang memang kapasitas otak gue. Setamat dari SMA , gue seperti tunggang
langkang yang tidak tahu arah dan tujuan. Mungkin, saking terlalu banyak dari
kejeniusan otak gue yang melebihi batas ini. Akhirnya, semua universitas coba
daftarin diri gue yang genius ini. Tentu !
Pertama
kali mencari universitas yaitu, UNIFA (Universitas Fajar) yang tepatnya
beraliran otak dan jiwa gue. JURNALISTIK. Yeah ! bidang satu ini amat sangat
gue idam-idamkan dari dalam kandungan.
“Ok,
formulir FAJAR uda ada, Poltekkes uda, STAN uda, PLN uda, terus Sekolah Akuntansi yang gue lupa namanya uda
ada blom yah ?” sambil gue menggaruk-garuk kepala yang memang sudah sangat
pusing di karenakan formulir dari berbagai penjuru daerah yang dikumpulkan
untuk diserahkan kepada sang 001 <KOSONG-KOSONG SATU. Kakak sepupu gue…
Sebenarnya
impian ini sudah melampaui batas. Gue pernah daftar di salah satu universitas
yang ada di luar kota Makassar dengan cara online. Yaitu di Jakarta, tepatnya
jurusan desaign grafis, psikolog, dan Jurnalistik. Tetep ! Ntah sepertinya gue
ini terlalu memiliki banyak impian yang gue juga tidak tahu apa.
Tapi,
malang tak dapat ditebak ! Takdir berkata lain yang mengharuskan gue tetap
berada di kota kelahiran gue yang tercinta ini. Makassar in the city !
Dari
semua formulir yang gue perlihatkan kepada sang kosong-kosong satu, cuman ada
satu formulir yang membuat matanya membelalak seperti melihat kuntilanak yang
berambut botak. Dia shock ! Oke, gue tekankan sekali lagi ! Dia shock !
“Itu
formulir dimana?” sambil menunjuk formulir yang gue pegang dari tadi. Dalam
hati gue berkata ‘hambamu ini manusia biasa Ya Rabb, jangan sampai kakak gue
ini melihat apa yang gue pegang ini dan formulir yang paling gue sayang-sayang
ini’. Formulir UNIFA !
Yah
! Dan secara indahnya formulir itu disingkirkan oleh sang kosong-kosong satu, saudara-saudaraku
! Gue sakit hati ! Pasti sakit, bagaikan cewek yang lagi diputusin sama pacar
yang dia sayang terus pacarnya itu selingkuh dengan temannya sendiri, abis itu
si cewek di serempet bentor ! MENDERITA…
Oke,
guys ! Formulir UNIFA itu di tolak mentah-mentah. Gue pasrah ! Tetap pasrah !
“Kamu mau jadi wartawan?” tanya dia sambil menaikkan formulir itu. “Hehehe,
hobby khan?” sambil ngeringis gue jawab dengan seadanya. Jantung gue tertusuk !
Kesimpulannya
disini, gue dilarang jadi seorang Jurnalis ! Oh Dewa , ambillah saya . Otomatis
formulir yang lainnya masih akan gue jalanin dengan segenap hati dan seluruh
tumpah darah Indonesia.
Semenjak
formulir itu di tolak, selama mengikuti test-test gue sama sekali tidak pernah
menyentuh yang berbau buku pelajaran. Entah gue akan lulus dimana nantinya.
Cuma Tuhan yang jawab dan waktu… biarlah *suara Killing Me Inside ngalun
Dan
tiba saatnya gue mengumumkan hasil test-test gue ini. Dari berbagai macam test
universitas yang gue ikuti. Cuma PLN
yang lulus di jurusan Informatika ! Haha, gue ketawa terus pingsan.
Kakak
gue yang wanti-wanti gue harus masuk di Farmasi. Maklum, dia adalah seorang
Pharmacict. Mungkin, dia menyuruh saya untuk menjadi botak bersama-sama dia di
Farmasi. Sungguh menyiksa bathin dan fikiran.
Di
Poltekkes, gue di nyatakan tidak lulus. Dikarenakan, hasil test yang gue
dapatkan hanya benar di dalam 1 mata pelajaran. Yaitu, Bhs. Indonesia. Ya
iyalah, seseorang berjiwa Jurnalis disuruh hitung rumus dan mengerjakan
angka-angka yang biasa membuat mata gue jadi juling setengah mati.
Kakak
sepupu gue, tetep ngotot bagai banteng yang sebentar lagi akan memangsa pagar
tetangga. Dia nggak kehabisan akal, mencari sekolah farmasi untuk adik
tersayangnya ini yang akan menjadi korban Farmasi.
SANDI
KARSA, itulah awal dari dimana gue bisa masuk di akademi itu. Dengan jurusan
yang tetep. FARMASI ! Saat tahu, kalau gue akan menjadi maba jurusan Farmasi di
kepala gue sudah ada paduan seriosa yang mengalun dengan bahagianya alias
penderitaan otak akan segera dimulai !